Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

7 Tahapan Pemanenan dan Pengolahan Kayu Cendana

Pengolahan kayu cendana (Santalum album) melibatkan beberapa tahap untuk menghasilkan produk seperti minyak atsiri, kayu olahan, atau produk kerajinan. 

7 Tahapan Pemanenan dan Pengolahan Kayu Cendana


Berikut adalah cara pengolahan cendana secara umum:


1. Pemanenan Pohon Cendana

Waktu Pemanenan: Pohon cendana biasanya dipanen pada usia 30–50 tahun, ketika kandungan minyak atsiri di bagian kayu teras (heartwood) maksimal.

Seleksi Pohon: Pilih pohon yang sudah matang dengan diameter batang minimal 15–20 cm. Bagian akar juga sering diambil karena kaya akan minyak atsiri.

Teknik Pemanenan: Pohon ditebang dengan hati-hati untuk menjaga kualitas kayu. Akar digali untuk diolah lebih lanjut.


2. Pemisahan Bagian Kayu

Kayu Teras (Heartwood): Bagian tengah batang dan akar yang berwarna cokelat tua kaya akan minyak atsiri. Ini adalah bagian utama untuk pengolahan minyak cendana.

Kayu Gubal (Sapwood): Bagian luar yang lebih terang biasanya digunakan untuk kerajinan atau produk kayu olahan.

Bagian kayu dipisahkan dan dibersihkan dari kulit serta kotoran.


3. Pengolahan Minyak Atsiri Cendana

Pemotongan dan Penghancuran: Kayu teras dipotong kecil-kecil atau dihancurkan menjadi serpihan untuk mempermudah ekstraksi.

Destilasi Uap (Steam Distillation):

Serpihan kayu dimasukkan ke dalam alat destilasi.

Uap panas dialirkan melalui serpihan kayu untuk melepaskan minyak atsiri.

Uap yang mengandung minyak dikondensasikan, lalu minyak dipisahkan dari air.

Penyimpanan: Minyak atsiri disimpan dalam wadah kedap udara di tempat sejuk dan gelap untuk menjaga kualitas.

Limbah Destilasi: Sisa serpihan kayu dapat digunakan untuk membuat bubuk cendana atau produk lain seperti dup (incense).


4. Pengolahan Kayu untuk Kerajinan

Pengeringan: Kayu cendana dikeringkan secara alami atau dengan oven untuk mengurangi kadar air, mencegah pembusukan, dan mempermudah pemrosesan.

Pemotongan dan Pembentukan: Kayu dipotong sesuai kebutuhan, misalnya untuk ukiran, perabot, atau alat musik.

Pemolesan: Permukaan kayu dihaluskan dan dipoles untuk menonjolkan aroma dan tekstur alami cendana.

Finishing: Produk dapat dilapisi dengan bahan alami seperti lilin lebah untuk menjaga kilau dan daya tahan.


5. Pengolahan Bubuk Cendana

Kayu cendana yang tidak digunakan untuk kerajinan atau minyak dapat digiling menjadi bubuk.

Bubuk ini digunakan untuk kosmetik, obat tradisional, atau bahan baku dup.


6. Pengendalian Kualitas

Uji Kandungan Minyak: Minyak atsiri diuji untuk memastikan kandungan santalol (komponen utama minyak cendana) mencapai standar, biasanya 90% atau lebih untuk kualitas tinggi.

Kualitas Kayu: Kayu diperiksa untuk memastikan tidak ada cacat seperti retak atau serangan hama.


7. Pengelolaan Limbah

Limbah kayu atau serpihan kecil dapat diolah menjadi briket arang, bahan bakar, atau kompos.

Air sisa destilasi (hydrosol) dapat digunakan untuk produk kosmetik atau aromaterapi.


Catatan Penting:

Keberlanjutan: Cendana adalah spesies yang dilindungi karena populasinya menurun. Pastikan pemanenan dilakukan secara legal dan berkelanjutan, misalnya dari perkebunan resmi atau program reboisasi.

Peraturan: Di Indonesia, perdagangan cendana diatur ketat oleh pemerintah, termasuk izin dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Penyimpanan: Produk cendana (kayu, minyak, atau bubuk) harus disimpan di tempat kering dan terhindar dari sinar matahari langsung untuk menjaga aroma dan kualitas.

Jika Anda membutuhkan detail lebih spesifik, seperti teknik destilasi tertentu atau regulasi di Indonesia, silakan beri tahu!